on Sunday, 24 October 2010 at 10:24
Versi saya...........
Menyebut merek dan blak-blakkan saja.
Tayangan "Apa Kabar Indonesia" di TVOne Pagi ini dibuka dengan isu kontroversi mengenai pemberian gelar Pahlawan untuk Alm Pak Harto. Bagi penyimak berita di Indonesia baik Media Elektronik, Cetak maupun Online, beberapa hari belakangan isu pemberian gelar untuk alm Pak Harto masuk dalam daftar berita utama masing-masing media disamping berita Travelling 'gak jelas anggota DPR ke Yunani.
Ada kontroversi?. Jelas. Sebagian masyarakat setuju dengan wacana peberian gelar. Sebagian lainnya tidak (mungkin yang trauma). Ada lagi narasumber acara tersebut mengatakan pemberian gelar pahlawan itu sebaiknya tidak usah, pemberian gelar itu lebih cocok untuk mereka orang-orang yang inspiring. Seperti bla-bla yang menemukan listrik untuk daerah bla-bla --maaf saya lupa--.
Saya berasumsi bahwa boomingnya pemberitaan ini sebagai bukti bahwa alm memiliki kenangan mendalam di hati setiap masyarakat Indonesia. Ntah itu kenangan manis atau pahit. Masing-masing individu mengetahui. Bagi saya, fenomena pemberitaan ini membuat saya sedih sekaligus lucu. Lho...???
Sedih karena masyarakat kita tega sekali meributkan seseorang yang sudah tiada secara berlarut-larut. Lucunya, perkara yang diperdebatkan adalah perkara yang menurut versi saya tidak urgent. Melihat indonesia sedang mengalami berbagai masalah yang rumit.
Jika memang gelar itu akan diberikan segerakan. Jika tidak tutup segera perkara tersebut. Tidak perlu ribut YES dan No segala.
Memang apa keuntungan negara, masyrakat, dan keluarga yang bersangkutan atas pemberian gelar tersebut...???. Menjadi tenar. Kalau begitu pahlawan kita narsis. Jika hanya sebatas pengenangan tidak perlulah kita ribut. Mengenang seorang pahlawan bisa dilakukan masing-masing masyarakat. Atau dengan melihat buah karya nyata yang dihasilkan oleh beliau.
Sekalipun kita tidak pernah mendengar atau melihat seorang pejuang berkorban hanya untuk memperjuangkan kepentingan pribadi yang relatif egois. Tidak pernah kita mendengar harapan pujian dan gelar yang kelak diberikan setelah seorang pahlawan tiada. Mereka berjuang bukan untuk harga diri mereka. Tapi, semua pahlawan berjuang untuk kehormatan apa yang mereka perjuangkan, untuk kebebasan dan untuk masa depan.
Lucu sekali, jika semua pahlawan berjuang dan berkorban hanya agar kelak dirinya diberi gelar pahlawan atau namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta atau kota lainnya. Gelar pahlawan hanya nilai plus bagi perjuangan mereka. Gelar pahlawan hanya untuk memperlihatkan pada kita generasi muda apa yang telah mereka lakukan untuk kita. Jika tidak Tuhan maha tahu atas apa yang mereka berikan. Mereka lebih mengerti bahwa, sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Oleh karena itu mereka berjuang.
Saya tidak tahu sejak kapan masyarakat kita mengurusi perkara tersebut. Saya rasa Alm akan mentertawakan kita untuk memperdebatkan perkara ini. Beliau tidak butuh apa-apa dari Indonesia. Jangankan gelar, hartapun tidak --asumsi pribadi berdasar logika--. Sia-sia perjuangan kita jika hanya untuk sebuah gelar...
Biarkan Tuhan yang mencatat dan gelar sebenarnya akan diberikan kelak. Di tempat tinggal abadi kita kelak.
wah...saya ketinggalan, knapa tak kau share saja kalau u punya blog nona manis....
ReplyDeletehi, hi
ReplyDeleteAyoo we, update terus semua kegeLisahanku akan dunia ini di bLogku....
ajak yg Lain bwt foLLow ya,