Aku selalu terkagum dengan sosok perempuan. Bukan dalam artian negatif. Tapi, dalam artian bahwa perempuan memiliki daya kekuatan yang lebih besar dari kaum lelaki. Tuhan pasti telah melengkapi kekuatan berjuta kali lipat untuk perempuan. Catatan kelam sejarah penindasan perempuan tidak serta merta melupakan segelintir sosok perempuan yang selalu tabah dan berusaha terus menerus memperjuangkan perbaikan untuk kaumnya. Sosok yang pertama adalah Siti Asiah, meskipun berada dalam tekanan seorang Raja berdarah dingin, dirinya tetap tegas memperjuangkan keselamatan Musa. Dari China ada seorang Xinran, dalam dinamika kehidupan perpolitikan yang terus berkembang tanpa adanya jaminan nasib baik bagi perempuan Cina, dia dengan siaran malamnya di radio membukakan pintu keberanian para perempuan untuk bersikap tegas pada dirinya dan lingkungan yang memperlakukannya dengan bengis. Di Indonesia ada Kartini, keberaniannya telah menjebol tembok istilah "tabu" sekolah untuk perempuan di Tanah Jawa. Dan mewariskan keberanian pada perempuan Indonesia untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin.
Perbedaan antara perempuan dan laki-laki memang berbeda jauh. Bukan rahasia lagi kalau secara biologis perempuan mengalami fase dewasa lebih cepat dari pada lelaki. Pada saat perempuan mengalami haid, pada masa itu (dalam islam) perempuan telah mencapai usia baligh (dewasa). Sejak sampai di periode itu perempuan sudah "dibebani" kewajiban melaksanakan beberapa syariat Islam. Seperti menutup aurat, shalat dan lain sebagainya. Perubahan biologis itu diikuti dengan perkembangan pola pikir. Perempuan mulai memiliki rasa tanggung jawab terhadap sesuatu yang dibebankan kepadanya. Termasuk kewajiban-kewajiban syariat.
Selain itu, perempuan dikaruniai kemampuan melahirkan anak. Dalam kajian pendidikan, perempuan adalah guru pertama untuk anak-anak yang dilahirkannya. Pada hari ke 120 sejak janin ditanam, ruh mulai ditiupkan. Dan sejak saat itu idealnya pendidikan terhadap anak dimulai. Karna, pada usia itu janin sedang mengalami perkembangan panca indera dan seluruh anggota tubuhnya menjadi semakin sempurna. Setiap rangsangan yang diberikan si Ibu akan ditangkap oleh janin. Tidak mengherankan para pakar keseharan bayi menyarankan orang tua (terutama ibu) untuk mulai merangsang bayi mereka salah satunya dengan memperdengarkan lagu mozart kepada si jabang bayi dalam kandungan.
Syauqi pernah mengatakan:
"Seorang Ibu ibarat madrasah (sekolah). Jika kau persiapkan, maka kau sedang menyiapkan bangsa (besar) yang wangi keringatnya...."
Apa yang dikatakan Syauqi tidak berlebihan, karna sebagai Ibu, perempuanlah yang berperan penting dalam membersamai anak di usia-usia awal perkembangan mereka. Apa yang dibiasakan seorang ibu pada anaknya akan mempngaruhi mentalitas anak di masa yang akan datang. Banyak ilmu parenting yang menekankan posisi perempuan dalam perkembangan anak. Pembiasaan-pembiasaan positif banyak dianjurkan oleh pakar perkembangan anak untuk perkembangan positif seorang anak. Seperti membiasakan mengucapkan kata-kata positif sejak anak berada dalam kandungan sampai pada masa-masa pendidikan awal di dalam lingkungan rumah.
Karna itulah, posisi perempuan untuk kemajuan masa depan lebih baik tidak bisa dipandang sebelah mata. Perempuan. Untuk melahirkan generasi emas harus ada upaya dalam menciptakan perempuan-perempuan terdidik di sebuah negara. Jadi. istilah bahwa setinggi-tinggi perempuan mengenyam pendidikan pasti akan kembali ke dapur bukan sesuatu yang harus di anggap sebagai prosa negatif. Perempuan terdidik dan perempuan yang tidak terdidik akan memperlakukan dapur mereka secara berbeda. Bahkan, memperlakukan lingkungan mereka akan sangat berbeda. Jikapun sama, mereka sama-sama perempuan yang memiliki naluri kuat dalam mentalitas pertanggungjawabannya pada segala sesuatu yang dibebankan pada mereka.
Saya telah banyak menemukan sosok-sosok perempuan hebat yang telah "melahirkan" manusia-manusia cerdas. Pertama, Khadijah ra. Selama masa hidupnya, pasca menikahi Muhammad. Khadijah hadir sebagai juru nasihat terbaik yang selalu menjadi orang pertama yang dimintai pendapat oleh Muhammad. Termasuk ketika untuk pertama kalinya Muhammad mendapat wahyu dari Allah SWT. Kemudian, kita mengenal tokoh hebat Hellen Keller, yang dalam kebutaan dan ketuliannya dia tetap berhasil mencapai karir geimlang pada masanya. Anne Sullivan, gurunyalah yang telah mengantarkannya mencapai gelar Cum Laude di Jurusan Hukum yang ditekuninya.
Jika menelusuri sejarah lebih dalam dan lebih lanjut, sejarah tidak akan tertulis tanpa adanya kontribusi perempuan.
Unires, 6 Juni 2011 --andalusia--
Comments
Post a Comment