Bismillah....
Ketika masanya tiba menilai diri sendiri adalah masa di mana kita melihat bagaimana orang menilai diri kita, bagaimana kita memperlakukan diri kita dan apa yang kita inginkan atas diri kita. Manusia terkadang sangat pantas dianalogikan dengan sebuah buku. Judul buku adalah tampilan fisik kita yang bisa dinilai orang lain tanpa membutuhkan waktu lama. Jika pertemuan pertama kita menampilkan diri kita dengan tindik di lidah orang bisa saja menilai bahwa kita salah satu anggota preman atau anak punk dan sejenisnya. Sama halnya jika dalam pertemuan pertama yang terlihat adalah atribut keagamaan seperti jilbab untuk perempuan dan pakaian serba tertutup orang akan langsung menilai kita memiliki keteguhan agama yang cukup kuat. Asumsinya sederhana saja, pakaian yang kita gunakan. Bagaimana tidak, memakai atribut agama yang serba tertutup di zaman sekarang bukanlah perkara yang gampang.
Hal itu pernah saya alami. Posisi saya bukan sebagai objek yang orang beri penilaian tapi sebagai penilai. Saya mengenal perempuan ini dari empat tahun yang lalu. Tahun 2008. Perempuan manis dan ceria ini lulusan sebuah pesantren. Berkerudung tentu saja. Di mata saya dia sangat supel dan mudah bergaul. Kami berteman cukup baik. Dan kadang memanggilku ukhti (sebutan teman/saudara perempuan dalam bahasa Arab). Saat kegiatan KKN pada pertengahan tahun 2011 lalu, saya satu kelompok dengannya. Seperti biasa, dia tetap supel dan ceria. Tapi kemudian sebagian figure yang selama ini saya bangun atasnya runtuh saat melihat dia memegang sebatang rokok dan tanpa ragu menyalakan lalu menghisapnya. Saya benar-benar shock saat melihat dia yang terlihat sudah biasa dengan benda berkandungan nikotin itu.
Tidak cukup disitu, diapun berani melepas jilbabnya. Saya merasa kecewa dengannya. Selama bdua tahun bergaul dengannya sama sekali tidak terbayangkan bahwa akhirnya akan melihat sosoknya dalam bentuk seperti itu. Merorok, melepas kerudung, dan dengan santai mengucapkan "jangan kaget ya...". Selang beberapa bulan hape saya berdering dengan namanya tercantum di layar hape. Saat itulah saya tahu dan menyadari sebuah kekeliruan. Saya juga menyadari bahwa buku yang bagus tidak selalu bisa dinilai dari judul dan desain covernya saja. Kita harus lebih teliti dengan membaca sinopsis dan siapa penerbit dan unsur lainnya.
Itulah yang saya kemudian lakukan pada teman saya tersebut. Dalam sms itu saya membaca kalimat demi kalimat kesedihan darinya. Betapa selama ini dirinya dilanda tekanan yang hebat atas keadaan keluarganya yang broken. Selama ini dia menyembunyikan banyak hal dari dunia luar yang disentuhnya. Dia hanya memperlihatkan keceriaan keceriaan dihadapan orang-orang luar yang ditemuinya setiap hari. Alasannya merokok, dan melepas jilbab adalah sebagai pelampiasan dari sekian juta rasa tertekan yang dialaminya selama ini. Ketidakberdayaannya dalam menghadapi masalah antara orang tuanya melemparkannya dalam keputus asaan sampai dia harus berada di sebuah lingkungan yang tidak benar-benar dibutuhkannya.
Setelah membaca semua smsnya, saya merasa bersalah. Tidak banyak yang bisa saya katakan selain bahwa keadaan yang dialaminya sama dengan apa yang sedang aku alami. Kita sama-sama memiliki latar belakang keluarga yang kurang menyenangkan untuk diceritakan pada dunia. Dan, aku harus mengucapakan bahwa dirinya jauh lebih baik dibanding dengan apa yang sudah dialami oleh saya dan saudara saya. Saya berharap dia bisa bertahan, sama seperti saya yang terus berusaha bertahan meskipun terkadang goyah. Meskipun terkadang lemah. Tapi, siapa lagi yang kita miliki selain kita. Apalagi yang kita miliki selain keyakinan pada Allah bahwa setiap hambaNya akan diberi cobaan yang mampu dilewatinya.
Saya juga teman saya hanya satu dari jutaan manusia yang sedang dilanda cobaan dengan kadar masing-masing. Saya dan juga teman saya adalah buku. Bukan hanya judul. Kami adalah buku dengan kisah kami yang belum selesai. Kami tidak tahu akan seperti apa ending dari kami. Tapi jelas sekali, bahwa masing-masing dari kita tidak berhak menilai siapapun dari luar. Dari merk baju yang dipakainya. Dari judul dan desain cover. Cobaah baca isinya dengan menyelami satu sama lain lebih dalam dan lebih lama. CObalah baca sampai kisahnya berakhir. Karna setiap hari, manusia berproses. Ntah menuju kebaikan atau keburukan. Mereka tengah berproses.
Comments
Post a Comment