of being my self, like what..????


Bismillah,
seperti ditampar. Saat membaca majalah Ummi edisi bulan ini. Semuanya tentang menjadi diri sendiri. Dalam bahasannya ada beberapa hal yang sangat aku rasakan selama ini. Bahwa orang yang belum menjadi diri sendiri akan nampak tidak tulus dengan orang lain, membosankan, dan penuh dengan rekayasa. Aku merasa semua istilah itu terakumulasi dalam bentuk "diriku" selama ini. Ada semacam kesulitan bagiku untuk memulai pembicaraan, terutama dengan orang yang baru aku kenal. Seperti mencari topik yang ingin aku bicarakan dengan orang-orang. Akhirnya, aku nampak bodoh dan membosankan. Karena topiknya sama sekali tidak selevel dengan lawan bicara.

Aku baru menyadari hal itu belakangan ini. Sampai akhirnya aku sering bertanya-tanya. Benarkah aku belum menjadi diri sendiri. Aku hanya sedang berusaha untuk bisa diterima oleh semua kalangan. Berusaha untuk membuat mereka nyaman berada di sekitarku. Rupanya upayaku dengan banyak membaca berbagai topik isu belum cukup. Aku tahu, ada kekurangan dalam diriku. Bergaul. Selama ini, aku menjadi sosok yang senang menyendiri terutama saat sedang galau dan menghadapi masalah serius. Jarang sekali aku bertandang ke rumah teman. Sampai suatu hari, aku mulai berjanji bahwa aku akan sesering mungkin mengunjungi teman, bergaul, dan banyak berbincang tentang hal apa saja tanpa membatasi diri. Seperti yang sering aku katakan pada orang-orang disekitarku. Jangan memilah-milah kawan seperti apa yang akan kita pergauli. Mereka semua sama, manusia.

Masih belum cukup, karna aku baru memulainya beberapa saat lalu. Saat ada seorang teman memanggilku dalam perjalanan pulang. Teringat dengan misiku, aku akhirnya mengiyakan ajakannya untuk mampir. Tidak lama, tapi cukup untuk mulai membuka diri. Hanya saja, sampai saat ini aku masih belum terbuka akan sesuatu yang bagiku sangat pribadi. Meskipun aku tahu, ada banyak orang yang sudah mengetahui tentang semua masalah keluargaku, tapi membuat diriku sendiri berbicara santai tanpa ada beban saat membahas tentang masalah keluarga bukan hal yang mudah. Sampai detik ini.

Aku tahu, semakin aku memikirkan banyak cara untuk membuat diriku diterima apa adanya oleh lingkungan justru membuat diriku semakin menjadi orang lain. Aku juga mulai menyadari bahwa beberapa langkah yang aku ambil terlalu memaksakan diri. Menjadi diri sendiri dimulai dari ketika kita nyaman menjadi sosok kita selama ini, kita bahagia dan menerima apa adanya. Menyadari bahwa ada kekurangan, tapi juga memiliki kelebihan yang tidak bisa dibandingkan dengan orang lain. Kita harus menyadari itu untuk membuat diri kita tetap stabil. Tidak terlampau meninggi, tidak juga membenamkan diri dalam kerendahan diri. Tuhan, tidak menciptakan hambaNya untuk kedua hal itu. Kekurangan akan disandingkan dengan kelebihan.

Itu setidaknya yang sedang berusaha aku doktrinkan pada diriku sendiri. Bahwa, bagaimanapun aku adalah aku bukan mereka. Bahkan bukan ibuku yang telah melahirkanku.
.....Aku the sepecial one as me. Sama halnya dengan mereka. Kamu pun the special you are. No one can placed the place you've been there now....

Aku hanya mida, tetap menjadi mida, dan akan selalu mida. Sampai ajal menjemputku, sampai pertemuan denganNya dimulai. I should never be the other, no metter how much time I spend to be....I just me. Mida.

Comments