Memaknai Arti Lebih "Shalat Subuh"

Image from google image

Bismillahirahmanirrahim,

Assholatu Khairun Minan Naum  (Sholat lebih baik dari tidur)…..

Salah satu kalimat dalam adzan yang hanya diucapkan khusus untuk shalat subuh oleh para muadzin. Dulupun sejarahnya, Bilal lah yang mengumandangkannya pertama kali untuk membangunkan kaum muslim dari nikmatnya tidur yang diselimuti malam yang gulita.

Berbicara tentang shalat subuh, ini adalah subuh kesekian kali semenjak masuk smester dua, dan hanya ada satu sampai tiga shaff saja yang berjajar dan tidak penuh sampai ujung. Jika berkaca pada awal smester, jama’ah shalat bahkan bisa memenuhi musholla sampai sulit sekali untuk jama’ah masbuk (tertinggal rakaat) untuk masuk ke shaff. Setelah satu minggu berlalu berbagai penyebab dan alasan sepinya musholla mulai muncul. Pertama, beberapa penghuni asrama yang mengambil jurusan dengan jam terbang tinggi beralasan menunggu iqomah lama dan memangkas waktu belajar materi mereka yang minta ampun banyaknya. Kedua, terkendala dengan hati yang belum mau menggerakkan kaki untuk menjejak ke musholla. Meskipun hanya perlu menghabiskan 3 sampai 5 langkah tanpa perlu memakai dan melepas alas kaki.

Kedua alasan itu klasik tapi juga belum ada solusi yang tepat. Pada kenyataannya si anak tidak benar-benar menghabiskan waktunya untuk belajar. Jika mereka masih sempat menyisakkan waktu untuk film, kenapa tidak untuk shalat jama’ah yang hanya menghabiskan waktu sampai 15 menit. Sementara si penanti panggilan hati masih menanti waktu yang tepat untuk mengajak hatinya berdamai dengan kebutuhan spiritualnya. Bukankah hidup itu tentang kebiasaan. Bahkan, bayipun memilih kalimat pertamanya dari apa yang dibiasakan orang tuanya pada si bayi. Semuanya tidak akan datang tanpa kita pancing dulu, tanpa kita cari dari mana sumbernya.

Di sini permasalahan utamanya adalah belum adanya sense “butuh” terhadap shalat berjama’ah dan bangun subuh. Padahal, jika mengkaji al-qur’an Allah jelas sekali menjanjikan pengampunan bagi mereka yang bangun untuk mendirikan shalat malam dan memudahkan pintu rejeki untuk mereka yang bangun subuh. Logikanya sederhana, Allah dengan senang hati memberi pengampunan dan pahala pada hamba yang rela melawan hawa nafsu tidur nyenyaknya dan bangun bersujud padaNya. Bahkan, jikapun aku jadi Bos aku juga akan memberikan hadiah pada karyawanku yang datang lebih awal dari karyawan lainnya. Nah, apalagi diikuti dengan shalat subuh. Disaat yang lain nyenyak tertidur, para pendiri shalat subuh sudah bergegas bersiap-siap melakukan aktifitas. Hasilnya, insyallah terhindar dari keterlambatan. Dan, dari bergegas itulah pintu rejeki akan terbuka.

Allahpun masih mengganjarnya dengan keberkahan karna harinya dimulai dengan penghambaan yang khusyuk padanya. Tapi, manusia memang terkadang tidak cukup mengerti pada hal-hal yang serba abstrak dan tidak terindera oleh panca inderanya. Ibarat melihat iklan produk, manusia tidak akan percaya sebelum dirinya merasakannya sendiri. Ntah itu makanan dengan lidah, atau lotion dengan hasilnya.

Mungkin, untuk urusan shalat jama’ah dan subuh ini manusia perlu menunggu “lapar” dulu baru mencarinya. Namun, ada hal yang harus diwaspadai manusia. Lapar spiritual tidak bisa diditeksi begitu saja. Kadang, kita perlu berjuang memancing perasaan itu. Karna hati yang tidak pernah dibawa ke pemiliknya lama kelamaan akan berkarat. Dan, hati yang berkarat inilah yang sulit sekali mendeteksi tingkat kebutuhan manusia pada Tuhannya.

Kenapa saya ribut membahas shalat subuh….??? Bagaimana dengan Zuhur, Ashar dan lainnya. Subuh adalah permulaan hari, dimana manusia akan kembali bergelut dengan urusan keduniaannya. Hari yang diawali dengan semangat, mulai dari berkomunikasi secara vertical dengan Allah sampai secara horizontal dengan dirinya dan lingkungan akan memberikan semangat. Allah juga ingin manusia tetap mencari dunia tanpa meninggalkan akhiratnya melalui shalat Tahajud dan Subuh. Dengan shalat subuh manusia diantarkan untuk bersemangat menyambut dunia dan segala dinamikanya dan mempersembahkannya pada Allah. Ingat, Allah mengatakan “Beribadahlah seolah-olah kau mati esok, dan bekerjalah di dunia seolah-olah kau akan hidup selamanya”.

Artinya, Allah mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang bijak yang tidak lupa dari mana asalnya. Jangan sampai seperti Kacang lupa kulit. Bagaimanapun, akal kita tidak bisa menapikan keajaiban penciptaan diri kita secara logika. Kita yang terlahir hanya dari setetes mani, menjadi darah, dan semakin berkembang hingga sekarang adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia manapun, sehebat apapun, dan secanggih apapun teknologi yang dimiliki. Tapi, Allah juga tidak hendak membuat kita menjadi manusia ekslusif saja, Allah juga menginginkan kita secara horizontal bergaul dan mengelola bumi sebaik-baiknya dengan ayat berikutnya. Memberitahukan kita bahwa harapan tidak boleh berhenti hanya karna vonis dokter tentang umur kita.

Jika ingin harinya baik dan penuh berkah, shalat tahajud dan subuh adalah solusi terbaik bagi kaum muslim. Percayalah, subuh dan shalat jama’ah diwaktu subuh adalah barometer kekuatan muslim. 

At Unires office, 7th March 2012 (Andalusia)

Comments

  1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
    "Malaikat-malaikat siang bergantian mendampingi kalian dengan malaikat-malaikat malam, dan mereka berkumpul pada waktu sholat Subuh dan Ashar. Setelah itu, malaikat yang semalaman menjaga kalian naik ke langit, lalu Allah bertanya kepada mereka – dan Dia lebih tahu tentang mereka-, 'Bagaimana kalian tinggalkan hamba hamba Ku?' Mereka menjawab, 'Kami meninggalkan mereka dalam keadaan sholat, dan kami datang kepada mereka ketika mereka sholat'” (HR Bukhari)

    ReplyDelete

Post a Comment