Dua orang, Satu moment, dengan Seribu pelajaran

Bismillah,
Hanya satu shaff saja. Malam itu, tidak banyak jama'ah yang datang untuk melaksanakan shalat magrib. Jika biasanya mencapai 3 shaff, kali ini satu shaff-pun bahkan tidak penuh sampai batas akhir shaff. Tapi itu tidak menyurutkan perempuan hitam manis untuk menyampaikan kultum seperti biasanya. Begitu berdiri, tangannya merogoh saku celana di balik mukena putih berenda biru. Ada selembar uang kertas bernominal 50 ribu di tangannya yang kemudian dia tunjukkan pada kami para jama'ah.
"siapa yang mau uang ini, silahkan maju ke depan dan ambil..." katanya setelah membuka kultum dengan lafaz-lafaz. Sejenak takjub, seluruh penonton termasuk saya hanya bisa melontarkan kata-kata penuh sanksi atas pertunjukan yang diberikan si gadis. Semua serempak mengatakan "aah, gak mungkin dikasih". Si gadis dengan susah payah terus meyakinkan dan membujuk keberanian penonton untuk maju dan membuktikan kesungguhannya. Mental seluruh penonton yang hanya beberapa orang itu menciut karena karaguan. Perasaan sanksi dengan kemungkinan "masih ada orang yang merelakan uang yang bisa digunakan minimal untuk 5 porsi makan untuk sesuatu bernama kultum" tersebut.



Setelah beberapa menit penuh bujukan yang dibalas dengan lagi-lagi penolakan dan keraguan juga mungkin gengsi karena harus maju demi melihat tawaran uang itu, akhirnya seorang penonton yang baru saja duduk di belakang penonton dipaksa untuk maju. Dan uang itu beralih dari tangan di gadis ke penonton itu. Riuh rendah suara kekecewaab penonton datang setelah kejadian sekian detik itu berlangsung. Uang sudah di genggaman si penonton, dan si gadis memasuki inti pembicaraan yang sudah dikonsepnya untuk kultum.
"saya hanya mau bilang, bahwa kesempatan itu hanya datang sekali" katanya.
Dengan uang itu, dia memukul telak perasaan para penonton dan membangunkan kami pada sebuah kesadaran akan waktu yang tuhan berikan untuk kita semua yang terus bergerak maju. Kita memang kerap lalai akan banyak hal. Menurut si gadis, salah satunya adalah panggilan adzan, seberapa bergegaskah kita memenuhi panggilan adzan dibanding pekerjaan lainnya. Sedang waktu tidak akan terulang dan bisa jadi esok kita tidak pernah bertemu lagi dengan sang waktu.
Untuk apa yang sudah dilakukannya dengan efek yang dia berikan pada penonton, saya rasa si gadis tidak akan menyesali uang yang telah dikorbankannya. Karena, Allah turun tangan pada hati si penerima uang yang memberikan kami ketakjuban yang lebih lagi dengan memasukan uang pemberian itu ke kotak amal.
Dua orang, satu moment, dengan seribu pelajaran.
Dari si gadis, kami belajar keikhlasan yang dilakukannya untuk sesuatu yang cenderung dianggap sepele. Dari apa yang disampaikannya kami belajar untuk lebih bergiat segiat waktu yang terus bergerak. Dari repon penonton, kami belajar bahwa banyak hal ajaib di dunia ini yang bisa terjadi kapan saja seperti kehadiran orang-orang yang tidak menuhankan uang. Dan dari si penerima, kami sadar bahwa kekecewaan kami bukan menjadi si penerima uang bukan sikap yang bikak. Uang itu, akan menjadi milik bersama untuk kegiatan bersama.
See !!!
Pada dunia ini, Allah masih memberikan kita kesempatan untuk menyaksikan makhluknya yang ikhlas dan memberikan kami pelajaran.         

Comments