Sampai detik saya menulis dan kamu membaca tulisan ini, jutaan manusia di dunia ini sedang bersiap meniup lilin, memotong kue, dikerjai, atau bahkan antri di restoran untuk mentraktir teman-temannya dalam rangka merayakan sebuah tanggal dengan bulan yang hanya datang setahun sekali. Lucunya, saya justru lupa sama sekali kalau tanggal 4 November lalu adalah hari ulang tahun saya. Republika dan kaskus adalah dua media yang dengan sangat baik mengingatkan saya melalui gmail bahwa tanggal 4 November adalah ulang tahun saya. Well, I have to say thank to remember their forum member...:)

Sejak saya lahir ke dunia (saya tahu dari kakak saya) kalau orang tua saya tidak pernah memperkenalkan budaya perayaan ulang tahun. Bahkan, ibu saya pernah dengan rewel menceramahi kakak saya saat tidak sengaja menggunakan istilah "pesta" untuk syukuran hari lahir keponakan. Alhasil, sedikitpun saya tidak terpikirkan untuk menjadikannya sakral. Pernah sekali dua kali saya merayakan. Itupun bukan sesuatu yang saya rencanakan.
Dulu, ketika umur 15tahun adik saya secara khusus memberikan sebuah kado (itu terjadi hanya sekali karena memang bukan budaya kami). Ketika saya 18 tahun, saya secara pribadi menghadiahi hari itu dengan acc paper oleh pimpinan pesantren sebagai syarat akhir kelulusan. Terakhir adalah tahun 2002. Bahkan yang ini lebih lucu, saya yang ulang tahun roomate saya yang baik hatilah yang dengan idenya sendiri mentraktir teman satu area di asrama. Saya baru memikirkannya belakangan, to me birthday is as another day in the whole my life.
Dan keyakinan tentang ulang tahun ini semakin menguat di tahun ini. Seperti kemarin saya bertanya-tanya kenapa ulang tahun harus menjadi hari di mana orang dengan bebas bisa melakukan apapun pada objek yang berulang tahun. Padahal, dulu kita lahir ke dunia ini bukan untuk dikerjai. Kehadiran bayi ditunggu untuk melanjutkan masa depan. Melanjutkan estafet perjuangan yang sebelumnya sudah di mulai oleh para pendahulu. Dan ini yang paling menggelitik. Kenapa harus meniup lilin. Pertanyaan ini muncul ketika saya diajak teman untuk membeli kue imut untuk ulang tahun kerabatnya. Lucunya harga lilin yang mau dibeli lebih mahal dari harga kue itu sendiri. Trus saya tanya dia. Kenapa harus tiup lilin dengan jumlah umurnya. Toh satu lilin aja kalau yang dicari adalah ritual peniupan yang menyatakan dia menginjak umur baru satu lilin saja cukup. Hening. Akhirnya dia beli lilin kecil.
Jika saya bertanya pada orang-orang yang memegang teguh nilai agama "Islam", kenapa tidak merayakan?. Jawaban yang umum saya temui adalah. Islam tidak mengajarkan. Itu taklid (ikut-ikutan). Dan jawaban lainnya yang saya tahu itu jawaban benar yang tidak bisa didebat. Tapi bagi saya itu tidak cukup. Orang logis akan berargumen. Hemat saya, ulang tahun hanya menandakan satu hal untuk seseorang. Semakin Tua. Secara angka memang dia semakin bertambah. Tapi secara hitungan jatah hidup, kita semua tahu bahwa bagian kita semakin berkurang. Dan untuk dalih menjadikan hari ulang tahun sebagai moment evalusi, saya rasa tidak perlu menunggu satu tahun. Karena umur kita berkurang setiap hari bahkan setiap detik dalam hidup. Itu mengapa dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk melakukan evaluasi diri setiap kita selesai mengerjakan pekerjaan pada saat hendak tidur agar besok yang baik semakin diperbaiki dan yang buruk semakin berkurang.
Jadi perayaan ulang tahun bukan sekedar diliat dari boleh atau tidak. Tapi perlu atau tidak. Bermanfaat atau tidak. Kalau dalam prakteknya itu menjadikan kita menderita dengan harus mengeluarkan uang untuk traktir. Harus siap dikerjai dengan cara apapun, hemm it's better NO. Tapi, saya curiga diantara kita justru ada yang menunggu dan bahkan bahagia jika dikerjai.
Who Knows??
Kasih nilai mengagumkan.
ReplyDeleteHummmm, buat ku perayaan ulangtahun atau tepatnya hari lahir is nothing special. Tapi entah lah... ada masanya hari lahir itu dinanti oleh ku hanya untuk suatu penandaan bahwa mereka (yg memberi ucapan) ingat kpd ku (ngerasa special gt deh) :P. tp semenjak ada yg namanya FB hari lahir jadi sesuatu yg biasa saja.
Yang ku nanti bukan perayaannya, tapi *masih ada gak yah orang yang ingat atau sejenak menyapa di hari lahir ku, kalau tidak ada (diluar FB) berarti kita tidak begitu berkesan bagi mereka :D *artinya biasa saja^^