Dibalik Kasus Nikah Sirri Aceng

Bismillah, Beberapa menit lalu saya masuk ke situs gmail sekedar mengecek mail yang masuk. Di sebelah kanan ada sebuah ads menarik perhatian saya, Judulnya "SKANDAL PERNIKAHAN BUPATI GARUT" begitu saya klik saya dibawa masuk ke situs kompas.com disitu muncul index berita dari awal kasus Aceng muncul sampai berita terakhir berjudul "Enggan Lengser : Apa Kabar Bupati Aceng".

Kasus Aceng mencuat bertepatan dengan perjanjian gencatan senjata antara Palestina dan Israel. Saya ingat betul, saat itu saya sedang nonton berita tersebut di rumah (Garut) sambil ngomel-ngomel. Setelah hari itu berita bergulir terus seperti bola salju. Semakin lama semakin besar, menuai kritik, menuai kontroversi, menuai hujan berita di berbagai media yang jelas cukup menggeser berita invasi Israel atas Palestina yang sejatinya sampai sekarang masih berlangsung. Pemberitaan itu akhirnya menggerahkan para petinggi. Pertama, Kang Aher mulai memanggil Aceng untuk dimintai keterangan. Kemudian Pak Gamawan menunjulk timsus untuk menelusuri kebenaran berita yang akhirnya berujuang pada rapat DPRD Garut untuk menentukan ujung kasus Aceng yang bahkan menuai komen dari WNA.

Setelah perjuangan masyarakat Garut yang "demo" berhari-hari, akhirnya, pada tanggal 2 Januari DPRD Garut menjatuhkan keputusan dengan memberikan rekomendasi pada MA untuk melengserkan Aceng dari jabatannya (juga amanahnya). Keputusan itu berdasar kesepakatan 7 Fraksi di DPRD karena melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dan ironi-nya terjadi setelah keputusan rekomendasi itu turun. Aceng justru menyerang balik dengan melaporkan DPRD ke PTUN Bandung dengan laporan bahwa keputusan 7 fraksi yang sudah rapat berhari-hari lamanya itu cacat hukum.

Saya tahu Aceng hanya satu dari sekian kasus pemimpin di Indonesia yang memiliki skandal dengan perempuan. Hanya saja dengan murah hati, tuhan membukakan kasus Aceng untuk memberi contoh kepada kita sebagai generasi muda untuk lebih bijak dan hati-hati memilih pemimpin. Diluar kasus nikah singkatnya, sikap enggan Aceng untuk lengser dari kursi kekuasaannya di Garut menunjukkan mental pemimpin kita yang haus dengan kekuasaan. Berapa banyak pemimpin kita yang adem ayem di kursinya meskipun sudah diisukan terlibat kasus ini dan itu.

Seingat saya di Indonesia Andi Mallarangeng yang secara jantan mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai menteri sejak dia digembor-gembor terlibat dalam kasus Hambalang. Satu lagi, politikus dari partai PKS Arifinto yang mengundurkan diri karena kasus videonya meskipun belakangan seorang bintang porno mengakui mengirimkan video itu secara sengaja ke Arifinto. Selebihnya mungkin seperti Aceng. Balik menggugat. Padahal, jika harus membandingkan dengan pemimpin di negara lain yang lebih maju (meskipun tidak semua pemimpinnya) tapi sebagian besar dari mereka cenderung memiliki keberanian untuk langsung mundur, sekalipun kasus yang menimpa mereka baru pada tahap ISU. Apalagi jika harus menengok ke Jepang, di sana harakiri-lah jalan paling terhormat untuk menebus kesalahan. Mungkin masih ingat beberapa lalu ada seorang pejabat intelijen di Amerika yang mengundurkan diri akibat kasus selingkuh yang dialaminya.

 Well, finally... Tulisan ini hanya sebagai pelajaran. Tidak perlu menunggu jadi pejabat, bahkan jika kita sekarang memegang amanah apapun dimanapun akuilah jika kita salah. Karena itu membuktikan kita memiliki kesungguhan untuk menerima konsekuensi dan siap memperbaikinya. Semoga Pak Aceng membaca ini, Pak, sebagai warga saya tahu kenapa saya begitu marah dengan kejadian ini. Karena, selama masa jabatan anda, jalanan di rumah saya masih saja mengancam ketahanan kendaraan yang melewatinya, bahkan kendaraan baru sekalipun.... :) Sekedar informasi, MA memberi batas waktu Aceng untuk memenuhi panggilan sampai hari ini 16 Januari. Mungkin beritanya akan muncul besok. Mari menyimak.

Comments