Surabaya, Pecinan, dan Industri

Has been published on : mataair91.multiply.com

Assalamu'alaikum....
Akhirnya saya bisa melepas lelah juga. Hotel bernama V3 kepanjangan dari Veni, Vidi, Vici adalah pilihan yang tepat karna posisinya tidak langsung menghadap ke jalan. Suasananya sepi pas untuk istirahat. Okey, ada sedikit hal yang ingin saya ceritakan tentang Surabaya.

Pertama kali ditawarkan untuk ikut bersama kakak dan keluarganya ke Surabaya yang terlintas di pikiran saya adalah hawa panas. Benar saja, ketika kereta yang saya tumpangi memasuki wilayah kota pahlawan, udara panas mulai terasa menembus kaca tebal ular besi itu menghangatkan badan saya yang sebelumnya menggigil tidak karuan. Wajar, Surabaya memang salah satu kota besar di Indonesia yang berada di sebelah timur Pulau Jawa yang memiliki temperatur udara lebih panas dibanding daerah lain yang berada di sebelah barat. Hawa panas semakin terasa menyesakkan dengan aktifitas industri yang tinggi. Yah, kurang lebih seperti di Jakarta.

Saya ke Surabaya bukan untuk berlibur jadi, hanya bisa memandang tempat-tempat yang biasa dijadikan objek wisata salah satunya Tugu Pahlawan yang menjulang tinggi melalui kaca jendela mobil tumpangan kami . Tapi itu sudah cukup karena saat saya melewatinya matahari sedang memanggang Kota Surabaya tak karuan. Tapi tentu saja malam adalah waktu yang tepat karena temperatur udaranya jauh lebih sejuk.

Tidak mengherankan jika malam hari di Surabaya nampak lebih sejuk. Hal itu karena semua toko sudah tutup. Bahkan sebelum magrib menjelang. Toko yang masih beroperasi mayoritas adalah toko-toko yang tidak berkaitan dengan industri manufaktur. Contohnya toko perhiasan. Jika di kota lain toko perhiasan tutup sebelum magrib. Di salah satu sudut Surabaya, justru malah padat pengunjung. Alasannya, karna siang adalah waktu kerja bagi para karyawan dan kaum pekerja lainnya. Jadi, malam menjadi satu-satunya waktu yang pas untuk bepergian. Meskipun sekedar window shopping (lihat-lihat doang).

Selain toko perhiasan, mall tentu saja salah satu pusat rekreasi yang ramai. Sisanya, bisa anda saksikan sendiri atau mungkin anda pernah menyaksikannya. Tutup. Tidak beroperasi sama sekali. Makannya, kalau malam jalanan jauh lebih santai dengan volume kendaraan yang lebih sedikit. Sungguh menyenangkan berjalan di malam hari. Tentu saja tidak bisa lebih dari jam 10 malam. Karna jam segitu mall sudah tutup. Surabaya tidak selamanya panas. Bahkan tempat menginap saya rasanya sejuk sekali.

Satu lagi, Surabaya adalah kota yang terkenal dengan penduduk berdarah tionghoa pengusaha yang menguasai bisnis dan identik kaya. Tapi tidak, di salah satu sudut Surabaya ada sebuah daerah pecinan yang kelihatannya seperti orang pribumi. Bermain sepak bola di halaman depan rumah, berpakaian seadanya bahkan cenderung kucel. Tidak semua orang berdarah Tionghoa pintar beruang. Disini, di salah satu sudut Surabya mereka biasa saja.

Surabaya, 15 Maret 2011 --andalusia--  

Comments