Penyakit ringan yang bisa membuat kita tidak berkutik, menurut saya adalah sakit kepala. Sakit kepala membuat kita tidak bisa berpikir dan otomatis pekerjaan yang menuntut peran otak berhenti total. Itu pula yang kerap saya alami. Terakhir saya mengalaminya kemarin sore sampai tadi pagi. Lantaran tidur yang hanya sekejap, tiba-tiba kepala saya disuguhi rasa nyut-nyutan yang awalnya tidak begitu kuat. Lama kelamaan, sakitnya semakin menekan. Lebih menganggu lagi karna yang diserang hanya bagian kanan kepala saya. Tidak bisa berkonsentrasi lagi, akhirnya saya putuskan untuk tidur lebih awal. Alih-alih sembuh, waktu bangun paginya kepala semakin pusing.
Lepas shalat subuh sayapun mencoba saran penyembuhan ala teman saya yang belakangan berhasil saya terapkan. Saya biarkan posisi kaki lebih tinggi daripada kepala dengan cara memasangkan tumpukan bantal di kaki saya. Masih belum berhasil, saya berkeras mencoba metode teman saya itu dengan cara yang agak ekstrim. Kali ini kaki saya posisikan lebih tinggi lagi dengan menyandarkannya di dinding kamar. Ternyata, metode itu tidak berhasil juga. Mengingat banyak pekerjaan yang menunggu saya memutuskan untuk tetap bangun.
Saat bangun, saya ingat pernah baca artikel Prie GS mengenai hal yang saat sedang saya alami juga. Saya ingat di artikel itu dia mencoba menyembuhkan sakit kepala dengan metode yang sama dan dengan hasil yang sama gagalnya dengan saya. Tidur seharian. Kemudian dia mencoba cara berbeda yang menurut saya sangat ekstrim. Dia meminta istrinya memasakkan mie instan yang pedas dan kemudian dia mengajak anak-anaknya bermain di atap rumahnya saat hujan turun. Bagaimana mungkin saya bilang itu tidak ekstrim. Semua orang pasti setuju kalau sakit kepala dan hujan adalah musuh besar. Mengingat selama ini hujan dinobatkan sebagai salah satu penyebab sakit kepala datang. Prie GS dalam artikelnya berjudul hujan itu justru berhasil menyembuhkan sakit kepalanya itu. Penyebab sembuhnya bukan hujan, tapi perasaan gembira yang jarang sekali dia temukan. Bermain di bawah guyuran hujan dengan anak-anaknya. Kegembiraan ternyata mampu melupakan derita yang tengah dialaminya. Metode yang sangat sederhana.
Demi mengingat cerita itu, sayapun memutuskan meninggalkan laptop saya yang sesak oleh pekerjaan. Saya pergi beli sarapan dengan jalan kaki. Di Sepanjang lapangan yang saya lewati, saya melihat anak-anak kecil berseragam olahraga bermain kasti. Sebagian lain duduk menonton sambil bercanda dan mencontohkan goyang Caesar yang saat ini sedang booming. Pemandangan sederhana yang mengundang tawa. Terapi sakit kepala saya lanjutkan dengan menikmati sarapan sambil nonton, melupakan semua pekerjaan. Dan hasilnya, seperti Prie GS, sakitnya langsung hilang. Sampai saya berhasil menuliskan pengalaman ini di blog. Saya rasa, menyembuhkan sakit kepala pada moment tertentu harus dilakukan dengan melupakan apa yang ada dalam kepala itu sendiri.
Comments
Post a Comment