Sejak mengaktifkan aplikasi Whatsapp, lalu lintas percakapan yang memuat foto jadi banyak sekali dan semuanya secara otomatis tersimpan dalam memori handphone. Sudah beberapa hari ke belakang ini saya berencan untuk mempublikasikan foto kiriman dari teman-teman selama kejadian Erupsinya Gunung Kelud. Bahkan saya sendiri tidak sempat mengabadikan moment itu.
Gambar letusan Gunung Kelud, foto ini dikirim dari sumber yang tidak diketahui. Teman menerima dari teman-teman-kemudian temannya... :D
Jalanan dipagi hari selama hujan abu melanda. Hari itu, tanggal 13 Februari 2014.
Pekarangan rumah seorang teman. See, tidak ada orang yang berlalu lalang karna hari itu pemerintah daerah DIY mengumumkan libur serentak dan meminta warga untuk tetap di rumah menjaga kesehatan.
Pohon yang ditutupi abu dan mulai layu. Salah satu efek yang diakibatkan abu pada pepohonan.
Pepohonan dalam pot yang teronggok layu ditutupi abu.
Bunga yang juga layu tertutup abu.
Halaman rumah seorang kawan yang kebetulan abunya tipis. Mesti ini habis disapu berkali-kali :D
UGM yang putih bak musim salju. Hari keempat atau ketiga kampus itu mengadakan kerja bakti untuk membersihkan abu secara serentak.
Sudut Kota Yogyakarta yang dipenuhi kepulan abu karna lalu lalang kendaraan. Kiriman teman yang dengan rajin tetap bekerja.
Sehari setelah hujan, warga Yogyakarta membuat gerakan 1 Warga 1 Karung abu. Supaya warga tidak menyapu dan membersihan abu dengan mengalirkannya ke drainase ataupun selokan. Ini teman yang rajin mengeruk dan membungkusnya.
Ini salah satu sudut kota yang disebut teman seperti sedang musim salju. Memang sieh. Lihat, ada seorang nenek yang amboi manisnya memakai payung untuk menghalau hujan abu.
Kerja bakti teman-teman komunitas Yogya Menyala yang aku lewatkan karna hari itu harus kerja.
Bagaimanapun, mereka masih sempat berpose sebelum akhirnya mengeruk abu di kantor sekretariat. :D
Penuh semangat dan konsentrasi membersihkan abu yang tebalnya beberapa senti itu.
Ini adalah bentuk Jurnasilme Warga atau biasa disebut pewarta warga yang saat ini sudah menjadi bagian yang akrab dengan kita semua. Warga ikut terlibat memberitakan setiap kejadian yang mereka temui dan alami. Potret ini disampaikan dari beberapa teman di setiap sudut Yogyakarta dalam kurun waktu 5 hari selama insiden hujan abu dari Gunung Kelud. No edit, just original.
Okey, here we go....
Gambar letusan Gunung Kelud, foto ini dikirim dari sumber yang tidak diketahui. Teman menerima dari teman-teman-kemudian temannya... :D
Jalanan dipagi hari selama hujan abu melanda. Hari itu, tanggal 13 Februari 2014.
Pekarangan rumah seorang teman. See, tidak ada orang yang berlalu lalang karna hari itu pemerintah daerah DIY mengumumkan libur serentak dan meminta warga untuk tetap di rumah menjaga kesehatan.
Pohon yang ditutupi abu dan mulai layu. Salah satu efek yang diakibatkan abu pada pepohonan.
Pepohonan dalam pot yang teronggok layu ditutupi abu.
Bunga yang juga layu tertutup abu.
Halaman rumah seorang kawan yang kebetulan abunya tipis. Mesti ini habis disapu berkali-kali :D
UGM yang putih bak musim salju. Hari keempat atau ketiga kampus itu mengadakan kerja bakti untuk membersihkan abu secara serentak.
Sudut Kota Yogyakarta yang dipenuhi kepulan abu karna lalu lalang kendaraan. Kiriman teman yang dengan rajin tetap bekerja.
Sehari setelah hujan, warga Yogyakarta membuat gerakan 1 Warga 1 Karung abu. Supaya warga tidak menyapu dan membersihan abu dengan mengalirkannya ke drainase ataupun selokan. Ini teman yang rajin mengeruk dan membungkusnya.
Ini salah satu sudut kota yang disebut teman seperti sedang musim salju. Memang sieh. Lihat, ada seorang nenek yang amboi manisnya memakai payung untuk menghalau hujan abu.
Kerja bakti teman-teman komunitas Yogya Menyala yang aku lewatkan karna hari itu harus kerja.
Bagaimanapun, mereka masih sempat berpose sebelum akhirnya mengeruk abu di kantor sekretariat. :D
Penuh semangat dan konsentrasi membersihkan abu yang tebalnya beberapa senti itu.
Berkarung-karung abu ini diangkut dan dikumpulkan disatu tempat untuk dilihat kegunaannya. Salah satunya dijadikan bahan bata untuk bangunan.
Demikian potret jurnalisme warga selama Erupsi Kelud itu. Tidak ada yang sia-sia, dan ada banyak pelajaran yang dipetik dari banyak kejadian alam ini.
Comments
Post a Comment