Kenapa Film HOS Cokroaminoto Wajib Dinanti?


Beberapa hari ke belakang Kompas menurunkan berita resmi tentang penggarapan film Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau sekarang lebih dikenal sebagai HOS Cokroaminoto. Berita ini menjadi angin segar untuk perfilman Indonesia yang belakangan memang mulai menggeliat-geliat seksi. Bukan lagi seksi karna film seronok berkedok horor, tapi seksi karena muatan pesan yang disampaikan film. Sebagian besar film adalah adaptasi dari karya penulis anak negeri yang bukunya pernah bertengger di tangga teratas buku Indonesia. Mulai dari Laskar Pelangi sampai Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Hadirnya film biografi HOS Cokroaminoto akan menambah geliat perfilman Indonesia semakin seksi. Dari berita Resmi tersebut, disampaikan bahwa film mulai digarap Bulan September ini dan dijadwalkan rilis antara Maret atau April 2015. Ada beberapa alasan kenapa film ini wajib dinantikan oleh pecinta film Indonesia.

Pertama : Tokoh Film 
HOS Cokroaminoto adalah tokoh sejarah Indonesia yang kuat. Dalam sejarah, namanya mulai melambung setelah dia memimpin Sarekat Islam (SI). Organisasi ini didirikan oleh saudagar batik dari Solo, Kiai Hadji Samanhoedi dan dikemas secara modern oleh Bapak Pers Indonesia, Tirto Adhi Soerjo (Keduanya tercatat sebagai pahlawan Indonesia). Di tangan Cokroaminoto, SI yang tadinya dibentuk untuk membantu pedagang bumiputera agar bisa bersaing dengan pedagang Cina, berubah menjadi gerakan politik yang kental dengan perlawanan dan meluas ke seluruh Indonesia. 

Selain sepak terjangnya di SI, Cokroaminoto dikenal sebagai bapak para pendiri bangsa. Rumahnya di gang Peneleh Surabaya, dijadikan rumah kos-kosan dan sempat dihuni oleh orang-orang yang kelak menorehkan sejarah di Tanah Air. Dari banyak tokoh itu, tiga diantaranya tumbuh dengan ideologi yang berbeda. Soekarno dengan nasionalismenya, Semaoen dengan Sosialismenya, dan Kartosoewirjo dengan Islamismenya. Konon, kemampuan retorika Soekarno yang dijuluki sebagai Singa Podium pun didapat dari sang mantan mertuanya ini, Cokroaminoto. Selain ketiganya, ada beberapa nama lain yang pernah singgah ke rumah Cokroaminoto seperti Tan Malaka dan Alimin. Tidak heran jika kemudian film ini akan diberi judul “Guru Bangsa : Tjokroaminoto”. Bahkan, pembaharu Islam, Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri gerakan Muhammadiyah selalu menyambangi rumah Cokroaminoto setiap kali ke Surabaya. Nah, melihat jejak-jejak yang ditinggalkannya, sungguh wajib menanti film ini.   
Kedua : Sutradara
Ketika nama Garin Nugroho tercetak sebagai sutradara yang akan mengarahkan film ini aku langsung menaruh harapan besar. Seperti yang sudah kita tahu, Garin mencatatkan perjalanannya sebagai sutradara melalui film dokumenter yang selalu menuai kemenangan di beberapa ajang international. Garin juga dikenal dengan film yang mengedepankan pesan-pesan keberagaman dalam banyak film yang digarapnya. Daun di Atas Bantal adalah salah satu filmnya yang membuat banyak orang bergetar. Film terakhir garapannya adalah perjalanan seorang pastur bernama Soegija. Film tersebut merupakan film biografi berjudul sama. Jadi tidak berlebihan jika kita menaruh harapan besar pada penggarapan film HOS Cokroaminoto. Satu hal yang perlu dikhawatirkan adalah penggalangan sponsor untuk film ini. Aku khawatir pengemasan sponsor terjadi seperti dalam film Ainun Habiebie yang muncul di scene-scene yang terkesan dipaksakan. Alih-alih hanyut dalam kisah, aku justru terpingkal-pingkal saat sponsor lewat di scene yang sejatinya ditujukan untuk ditangisi. Sebetulnya ada sutradara yang pintar mengemas sponsor. Iya, bapak Wakil Gubernur Jawa Barat. Kalau mau bukti bisa cek di sinetron Para Pencari Tuhan.    


Ketiga : Pemeran Utama
Nah! Garin Nugroho sudah menjatuhkan peran ini pada Reza Rahadian. Baiklah-baiklah, untuk aktor yang satu ini aku tidak usah ulas panjang lebar. Memang, siapa yang tidak kenal dengan pria ini. Menurut Garin, Reza adalah aktor yang lihai mentransformasi diri menjadi tokoh sejarah. Garin dengan yakin mengatakan "Hanya sedikit aktor yang punya keinginan dan hasrat kuat seperti Reza". Aku sendiri mengenal aktor ini untuk pertama kalinya dalam film Perempuan Berkalung Surban. Film yang berkisah tentang perjuangan kesetaraan gender ini mendapuk Reza untuk berperan antagonis. Tapi memang dia terlahir untuk total, peran antagonis pun dia perankan dengan maksimal sampai berhasil membuatku benci :D. Setelah itu, wajahnya saban hari muncul di layar lebar. Film terbaru yang dia perankan adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang juga hasil adaptasi dari novel Hamka. Jika Garin jatuh hati pada keberhasilan Reza memerankan tokoh Habibie, aku justru sedikit dag-dig-dug untuk perannya kali ini. Jelas sekali, untuk berperan sebagai Habibie, Reza dimentor langsung oleh sang tokoh. Sementara untuk tokoh kali ini, Reza akan memerankan seorang tokoh yang hidup jauh sebelum Indonesia merdeka. Kita berharap saja Garin melibatkan banyak pihak yang pernah bersinggungan langsung dengan Cokroaminoto atau para sejarawan yang mengkaji tokoh ini dengan sangat serius.   

Reza Rahadian saat memerankan Habibie
itulah tiga faktor di atas yang membuat film ini sangat layak untuk dinanti. Dengan tokoh yang kuat, sutradara berpengalaman, dan aktor yang berakting total, mari kita lihat seperti apa jadinya film ini. Apalagi, selain Reza, kita akan dihibur oleh beberapa pemain peran lainnya seperti Christine Hakim, Ibnu Jamil dan sssst mungkin ini menjadi kabar gembira bagi para pria penggemar Bintang dalam serial "Tetangga Masa Gitu" di Net TV, karna Chelsea Islan juga akan ikut adu peran dalam film itu. Angin segar ini akan menjadi tontotan penuh nilai-nilai keteladanan dan semoga tidak mengulang film sejarah lainnya yang lebih gemar "menjual" romantisme dibanding jejak langkah yang ditorehkan oleh si tokoh. Selamat menanti 2015... :)             

Comments

  1. Garin jangan terjebak cerita dan selera pasar. Film sejarah...tampilkan api sejarah. Tidak sabar menunggu nich....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah! itu yang bikin deg-deg an. Semoga filmnya bisa seberkobar hikayatnya Hanif :)

      Delete

Post a Comment