Beli buku buat diri sendiri itu perkara biasa. Tinggal lihat judul dan topik yang dianggap menarik, kita bisa langsung angkut. Beda banget kalau dibandingkan dengan beli buku untuk konsumsi bocah. Ada banyak hal yang jadi pertimbangan, mulai dari topik sampai konten. Apakah topiknya sesuai dengan umur dan apakah kontennya layak dikonsumsi anak-anak, belum lagi hal-hal yang dianggap sederhana seperti ilustrasi. Saya ingat sekali beberapa bulan ke belakang, dunia perbukuan anak dihebohkan dengan adanya buku bacaan bermuatan paedofilia di koleksi buku seorang bocah. Konon si bocah mendapatkan itu dari temannya. Kalau saja si orangtua tidak ikut mendampingi, si bocah jelas sudah mendapatkan pemahaman keliru tentang perilaku paedofilia yang akan dianggapnya biasa. Sampai di sini, membeli bacaan untuk anak bukan perkara mudah. Butuh ketelitian untuk mencari yang terbaik.
Kaya Ummu Ayesha |
Dari beberapa pengalaman membeli buku yang salah satunya dibarengi guru sekolah menengah, saya menyimpulkan perlunya poin-poin berikut saat kita membeli buku untuk keperluan bocah.
Waktu Luang
Waktu luang adalah syarat utama saat kita berniat membeli buku untuk bocah. Waktu luang akan memberikan kita banyak kesempatan memilah dan menelaah secara detail. Pengalaman saya, penerbit ternama tidak menjamin bahwa kontennya benar-benar pas. Dalam sebuah kunjungan ke penerbit E***, saya menemukan salah satu buku yang berisi cerita tentang seorang petani yang membunuh seekor ular lengkap dengan ilustrasi golok dan genangan darah (hitam putih). Si petani membunuh ular itu lantaran si ular memakan anak si petani yang sudah mengambil telurnya. Cerita itu ada dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk sekolah dasar. Jika buku ajar saja kontennya berisi tentang dendam bagaimana dengan buku lain. Jadi, waktu luang menjadi mutlak saat berniat "jajan" buku untuk bocah.
Sabar
Hal yang dibutuhkan selanjutnya adalah kesabaran. Untuk mengetahui konten buku, kita perlu ketelitian saat menelaah halaman demi halaman. Kita bahkan dituntut untuk berperan sebagai editor. Kita perhatikan hal-hal sederhana seperti penggunaan istilah, alur kisah, muatan nilai dan pendidikan dalam cerita, juga pesan yang disampaikan penulis. Tidak sedikit penulis yang terjebak dalam dunia "dewasa" nya sampai menggunakan istilah-istilah "canggih" yang tidak mencerminkan dunia anak yang lebih sederhana dan apa adanya. Banyak juga karya anak yang terkesan menggurui. Di sinilah pentingnya untuk sabar saat membeli. Kalo perlu kita mengalokasikan waktu khusus untuk membeli buku jangan nyambi.
Buka Segel
Karena menelaah konten sangat penting, jangan ragu untuk minta dibukakan segel ke penjual. Lebih baik lagi jika langsung datangi lapak yang menyediakan sampel buku yang sudah dibuka segelnya. Dengan begitu kita punya kesempatan untuk menyisir isinya. Sebagai konsumen, kita berhak mengetahui konten buku, apalagi untuk dibaca anak-anak. Konten mutlak harus dicek dulu.
Rekomendasi
Kita perlu mendapat rekomendasi dari pihak-pihak yang selama ini berpengalaman membeli buku anak. Seperti yang disebutkan sebelumnya, penerbit bergengsi tidak menjamin karya itu berkualitas. Salah satu buku hasil rekomendasi yang masuk daftar beli berikutku adalah serial Anak-anak Mamak. Saya membaca ulasan detailnya dari facebook praktisi pendidikan, Bukik Setiawan. Serial karya Tere Liye itu sangat direkomendasikan untuk anak usia 7 tahun ke atas karena bermuatan pendidikan nilai-nilai kehidupan. Goodreads adalah salah satu situs yang memiliki daftar buku yang direkomendasikan untuk berbagai kalangan. Atau, kita bisa berjejaring dengan pegiat literasi dan mereka yang "hobi" baca. Biasanya, mereka punya daftar penerbit dan penulis yang direkomendasikan.
Topik dan Tema
Buku anak sangat beragam. Ada tema tentang pengetahuan, keluarga, persahabatan, pembangunan karakter, dan tips. Tema dan topik tentu saja berkaitan dengan usia si bocah. Di sini lagi-lagi penting sekali untuk memeriksa konten. Ingat! buku-buku yang beredar di penerbitan tidak lepas dari industri. Salah satunya seperti buku bertemakan Barbie. Buku seperti itu selalu laku dan dianggap baik walau sebenarnya dia tidak mengajarkan banyak hal selain membangun obsesi pada benak anak-anak untuk jadi "secantik" dan seenak Barbie. Tema atau topik yang sedang hit di pasar perbukuan belum tentu cocok untuk dibaca anak-anak. Contohnya Barbie itu. Lagi-lagi, kita penting untuk jadi editor. Selamat berburu buku untuk kerabat "hijau" kita.
Sudah beli buku apa hari ini buat adik, anak, dan bocah-bocah di sekitar kita?
Comments
Post a Comment