Cerpen : Para Pemangsa

koleksi pribadi
[Penerjemahan dari judul asli "Prey" telah  mendapatkan izin dari penulis]

Oleh :  Charles Deemmer

Tuan Harding bertumpu pada sapu lidinya ketika mobil kurir berhenti di depan kotak surat. Pagi itu Oregon sedang memasuki musim semi. Pepohonan berwarna hijau, merah muda, dan putih, tanah berwarna cokelat, dan langit biru cerah. Angin tidak berhembus kencang. Sekalipun pucuk-pucuk pohon cemara bergoyang pelan, di bawah di tempat Tuan Harding berdiri, tidak ada angin yang berhembus. Saat itu Bulan April dan gerombolan ular mulai keluar dari hibernasi.

Beberapa saat lalu, seekor kucing liar yang Helen panggil dengan nama Butch sedang berjemur di atas kotak surat. Tuan Harding berhenti menyapu menanti mobil kurir hingga terlihat dari balik deretan pohon cemara. Saat Tuan Harding melihat kucing melompat ke tanah dan lari ke sebrang halaman, menuju gundukan daun, Tuan Harding tahu mobil kurir semakin dekat. Dia berhenti menyapu lalu menunggu.

Betul, mobil kurir berhenti dan George sang kurir berteriak, “Surat untukmu Emil!”. Tuan Harding melambaikan tangannya menggunakan sapu, agar George tahu bahwa ia mendengar teriakannya. Sebetulnya Tuan Harding tidak perlu repot mendengar George, toh dia melihat George memasukkan surat ke dalam kotak. Mobil lantas bergerak pergi, bannya menciptakan gumpalan debu di udara. Tuan Harding membatin bahwa George terlambat lagi.

Tuan Harding sedang tidak menanti surat apapun pekan ini. Dia berhenti sebentar mempertimbangkan apakah mengambil surat amat mendesak dilakukan. Dia memutuskan melanjutkan pekerjaannya, kembali menyapu. Sebentar kemudian, dia berhenti kembali untuk memperhatikan kucing yang sedang berusaha mencari jejak. Mungkin jejak ular-ular kebun yang baru keluar dari hibernasi. Ular musim semi yang masih lamban akan jadi buruan mudah bagi kucing.

Tuan Harding menyapu pelan tapi stabil. Dia selalu berusaha menjaga halaman tetap rapih. Badai semalam membuat halaman kembali berantakan dengan ranting-ranting cemara dan kuncup-kunup bunga dari pohon buah, dan tentu saja dedaunan berserakan di berbagai sudut. Dia menyapu setiap puing ke arah gundukan daun, dekat dengan ember pengomposan di sudut halaman. Saat musim pemupukan kebun dimulai, dia cukup menyekop kompos yang sudah jadi pupuk dari gundungan paling bawah, yang paling busuk. Berhubung tahun ini Tuan Harding hanya menanam jagung dan tomat, dia akan memiliki pupuk kompos lebih dari yang dibutuhkannya.

Sekarang kucing liar itu sedang mengitari gundukan, telinganya berdiri, tubuhnya membungkuk rendah lalu menegang diam seperti perangkap tikus. Tuan Harding masih menganggap kucing itu liar sekalipun Helen telah memberinya makan sejak pertama kucing itu muncul di halaman mereka, sekitar enam atau tujuh tahun lalu hingga Helen meninggal. Pada saat tertentu, kucing itu akan menghilang beberapa lama tapi kapanpun dia kembali, seperti biasa Helen akan menyambutnya dengan semangkuk susu. Pagi ini, Tuan Harding sendiri yang memberinya susu, itu karena Helen pasti ingin dia melakukannya untuk si kucing. Helen tidak pernah memintanya tapi dia tahu pasti itu yang Helen inginkan. Tuan Harding juga tahu kucing itu memiliki rumah di seluruh kompleks, alasan kenapa kucing itu selalu menghilang berhari-hari pada saat tertentu.

Saat dia menyapu, dia membayangkan isi surat yang baru saja datang. Bulan lalu dia telah menerima kabar dari Mary, putrinya dari California. Jika surat itu dari keluarga, kemungkinan surat datang dari Bruce di New York. Bruce dan Peggy sama sekali belum mengiriminya surat sejak Natal, saat itu keduanya mengirimkan foto cucu barunya. Tentu saja Peggy, bukan Bruce yang menuliskan surat untuknya. Artinya, surat kemungkinan datang dari Peggy.

Tuan Harding menyeret ember yang kini sudah dipenuhi ranting, bunga, dan dedaunan ke tempat pengomposan. Bunyi gesekan tiba-tiba datang dari sudut gundukan, Tuan Harding semakin yakin bahwa kucing itu telah menemukan jejak ular. Ular sangat suka berada dalam kompos. Dia tidak pernah memeriksanya, tapi dia yakin gerombolan ular menghabiskan musim dingin di dalam kompos untuk berhibernasi. Minggu lalu, satu per satu ular itu keluar, merayap pelan, berkilat, sisik mereka tampak basah. Kucing liar selalu mendapat santapannya dengan mudah, tapi sebagian besar lainnya berhasil melarikan diri. Saat musim kemarau tiba, Tuan Harding akan menyingkirkan ular-ular itu dengan mencongkel gundukan kompos menggunakan sekop.

Meskipun menyapu dengan pelan, Tuan Hadring berhasil membersihkan puing-puing. Badai semalam adalah yang paling buruk sejak badai besar Columbus Day pada tahun 1962. Badai saat itu berhasil menumbangkan pohon cemara paling tua di halamannya. Semalam, Tuan Harding menerka-nerka sambil duduk di ujung tempat tidur yang gelap, lalu mendengarkan kemungkinan ada pohon yang tumbang. Badai membuatnya terus terjaga. Paginya saat dia keluar rumah, dia berharap menemukan kerusakan yang serius selain puing-puing. Tapi yang dia temukan hanya puing yang berserakan yang kini berhasil dia sapu.

Dia masih mendengar kucing di sekitar kompos menggeram. Kucing itu tidak selincah biasanya, gerombolan ular bisa saja sudah merayap di bawah gundukan yang tidak terjangkau kucing. Ular-ular tidak bisa merayap lincah di rerumputan sebelum udara menghangat, yang membuat mereka lebih aktif. Tapi di dalam kompos, mereka bisa beradu cepat dengan kucing. Tuan Harding yakin sebagian besar ular berada di dalam kompos. Kucing itu terus mencoba dan menggali.

Tuan Harding terus menyapu pelan, peluh keringat mulai menetes di dahinya. Nafasnya mulai berat dan ia merasa agak pusing tapi tetap melanjutkan pekerjaannya, sama sekali tidak berniat meninggalkan pekerjaannya sebelum selesai. Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia akan membersihkan halamannya sebelum para  tetangga membersihkan milik mereka.

Akhirnya dia menyeret puing-puing terakhir ke sebrang halaman ketika kucing melompat di hadapannya. Ketika melihatnya, kucing itu menggeram lantas berlari ke sebrang halaman dengan seekor ular menjuntai di mulutnya. Ular itu terlihat menyerah atau mungkin sudah mati. Tuan Harding menyaksikan kucing itu kini pergi ke halaman, berhenti lalu melemparkan ular itu kesatu sisi agar bisa dia cengkram lagi dengan taringnya. Jika saja jarak Tuan Harding dengan kucing itu cukup dekat, dia pasti akan mendengar geramannya.

Dia berjalan ke garasi dan menyimpan sapu dan memutuskan mengambil surat sebelum rutinitas tidur paginya. Dia berjalan pelan tertartih-tatih akibat kelelahan. Tuan Harding tidak pernah mengalami kecelakaan, di usianya saat ini dia tetap sehat.

Dia membuka kotak surat. Surat itu ternyata adalah kartu ucapan selamat. Dia mengetahuinya dari warna amplop dan ukurannya yang lebih tebal juga berat. Alamat pengirimnya berasal dari putrinya Mary, bukan Bruce.

Tiba-tiba Tuan Harding tahu isi kartu itu. Dua pekan lagi dia akan berulang tahun dan surat itu adalah ucapan selamat di awal dari Mary. Untuk mengetahuinya, dia tidak perlu membuka isinya. Putrinya selalu lupa tanggal tepatnya, untuk itu dia selalu mengirimkan ucapan lebih awal. Tuan Harding bisa mendengar putrinya berkata lebih baik lebih awal dari pada terlambat.
Sambil menggenggam amplop tersebut dia kembali berjalan ke rumah. Kucing itu kini berada di hadapannya, memainkan mangsaannya. Tuan Harding melihat kondisi ular sudah mulai tercabik, tubuh panjangnya mulai terkoyak dan hampir terbelah dua. Lantas dia berteriak dalam hatinya, berikan ular itu padaku!

Saat dia berjalan mendekat, pemikiran itu membuatnya bergerak melangkah cepat dan dia menarik ular itu dari cengkraman kucing yang langsung menggeram. Tuan Harding langsung berhenti. Dia merasakan sakit tiba-tiba di bagian punggungnya. Sesuatu mirip tikaman. Dia menunggu sebentar tak bergerak lalu pelan-pelan menegakkan punggungnya. Dia mengambil nafas dalam-dalam tapi rasa sakitnya tidak menghilang, sensasi tikaman masih terasa di punggungnya, seperti ada sesuatu yang menggigitnya. Dia merabanya berkali-kali lalu menunggu.

Tetap saja rasa sakitnya tidak menghilang, dia lalu berjalan kembali menuju rumah. Tangannya bergetar dan dia merasa sesaat lagi dia akan menjatuhkan amplopnya. Dia lalu berusaha memasukan amplop itu ke dalam saku. Ini kartu ulang tahun, dia membatin, kartu ucapan di awal dari putrinya. Dia harus membuat catatan pengingat untuk mengingatkannya agar membuka amplop itu dua minggu lagi. Dia harus mengingat untuk melakukannya nanti.          

Comments